Penawaran umum perdana di Indonesia diluncurkan pada kuartal pertama 2023, dengan Harita Nickel dan Bahan Baterai Merdeka menarik minat investor. Namun, meski Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu pemain terbesar di pasar kendaraan listrik selama dekade berikutnya, Indonesia masih berjuang untuk memenuhi standar ESG.
Singkat cerita, nikel, komponen inti baterai lithium-ion, adalah salah satu mineral utama yang diperebutkan oleh industri mobil listrik dan baterai. Indonesia memiliki sekitar 21 juta ton bijih, atau 22 persen dari cadangan nikel dunia yang diketahui, diikuti oleh Australia dan Brasil. Nikel bisa dibilang salah satu pendorong utama pembangunan ekonomi Indonesia dan merupakan salah satu produsen terbesar -- produksi diperkirakan akan meningkat 13 persen pada tahun 2025, menurut pakar pertambangan GlobalData. Namun, pemerintah Indonesia semakin tertarik untuk menambah nilai sumber daya daripada hanya menjualnya sebagai bahan mentah, dengan fokus pada sisi hilir. Hal ini menyebabkan pemimpin dunia dalam cadangan nikel untuk berhenti mengekspor bijih logam mentah pada tahun 2019, alih-alih berfokus untuk menjadi kekuatan ekstraksi dan pemurnian nikel utama.
Kendaraan listrik sekarang penting untuk rencana dekarbonisasi sebagian besar negara. Nikel adalah mineral inti dalam produksi baterai mobil listrik, yang akan menjadi berita utama di tahun-tahun mendatang.

Nikel adalah landasan rencana Indonesia untuk menjadi raksasa energi hijau, mata rantai penting dalam rantai pasokan globalnya dari sudut pandang pasar kendaraan listrik.
Dalam hal ini, penawaran umum perdana Indonesia, yang diluncurkan pada kuartal pertama tahun 2023, menunjukkan minat investor pada perusahaan pemrosesan logam dan manufaktur baterai. Pencatatan terkait nikel yang berhasil dilakukan pada bulan April, dimulai dengan Harita Nickel, sebuah perusahaan pertambangan dan peleburan nikel yang memproduksi 60,000 ton nikel, senilai lebih dari $5,5 miliar, yang mengumpulkan $672 juta. Akhir bulan ini, perusahaan nikel Indonesia lainnya, Merdeka Battery Materials, membuat debut pasarnya, mengumpulkan hampir $592 juta. Sebagai tanda optimisme terhadap perkembangan bisnis baterai kendaraan listrik berbasis nikel, investor mempertaruhkan saham di sektor nikel dengan kedua kaki.
Nikel adalah pendorong banyak teknologi berkelanjutan. Selain itu, berkat daur ulang yang efisien, 68 persen nikel dalam produk konsumen dapat didaur ulang, memulai siklus hidup baru. Namun, dampak lingkungan dari penambangan nikel masih signifikan. Pertambangan padat energi, dan Indonesia tetap sangat bergantung pada batu bara, dan ada kekhawatiran terkait degradasi lingkungan. Jadi, meskipun Indonesia adalah pendukung utama transisi energi, diperlukan upaya yang lebih besar untuk mengurangi jejak nikel.
Meskipun negara tersebut telah membuat beberapa komitmen ESG baru-baru ini, hal ini menimbulkan kekhawatiran di antara banyak investor. Di satu sisi, perusahaan kendaraan listrik mungkin merasa sulit untuk mengeluarkan nikel Indonesia dari rantai pasokan, namun mempertahankan standar ESG sambil membeli nikel terbukti lebih menantang. Meski demikian, Indonesia kemungkinan besar akan memainkan peran penting di pasar baterai dalam satu dekade mendatang.





